Dari bani daster sampai IQ 200 sekolam, 'kamus nyinyir' berbagai istilah di medsos yang diperbarui
Istilah 'kaum Bumi datar' dan 'cebongers' mungkin sudah sering Anda dengar sejak pilkada Jakarta lalu, tapi sejak itu muncul istilah-istilah lain yang banyak digunakan di media sosial.
Istilah-istilah itu antara lain bani daster dan kaum cingkrang. Siapa yang dimaksud dan kapan istilah itu digunakan?
Pertanyaan soal berbagai istilah yang digunakan di media sosial itu dicuitkan oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD lewat Twitternya.
Kamus Nyinyir 'Pilkada Jakarta' yang dipakai di media sosial Wajah peranakan Arab di Indonesia: Rizieq Shihab, politik identitas, dan pertanyaan tentang stereotipCuitan Mahfud itu disebarkan lebih dari 300 kali dan disukai hampir 900 kali pada Jumat (26/1) siang.
Yang menarik, dari 300 lebih balasan cuitan yang diterima Mahfud, salah satunya adalah dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mengaku sama bingungnya dan beritikad mencari kamus istilah di media sosial.
Beberapa istilah yang disebut oleh Mahfud pernah dibahas oleh BBC Indonesia lewat Kamus Nyinyir 'Pilkada Jakarta' di media sosial.
Dalam edisi pertama itu, ada bahasan tentang 'kaum Bumi datar' yang bukan untuk anggota komunitas Flat Earth Society yang tersebar di berbagai negara di dunia. Melainkan lebih banyak digunakan netizen untuk merujuk pada kalangan fanatik agama yang dianggap 'bersumbu pendek,' alias mudah marah dan mudah dimanfaatkan oleh kepentingan politik tertentu (tetapi kalau dikritik atau diberi masukan akan lebih marah-marah lagi).
Istilah lain seperti 'cebongers' yang berasal dari kecebong banyak digunakan pada Pilpres 2014 lalu untuk menyebut pendukung Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Kata ini diambil dari istilah kecebong yang artinya adalah larva binatang amfibi (seperti misalnya kodok) yang hidup di air dan bernapas dengan insang serta berekor.
Sebutan ini mungkin muncul karena para haters terinspirasi oleh fakta bahwa Joko Widodo gemar memelihara kodok ketika menjadi walikota Solo dan gubernur Jakarta.
Karena itulah segelintir orang bahkan menyebut Jokowi sebagai 'raja kodok' - berdampingan dengan sebutan cebongers (pengikutnya). Pemimpin FPI, Rizieq Shihab sempat meledek dengan sebutan 'Jokodok.'
Hak atas foto BBC Indonesia Image caption Para pendukung Ahok sempat dijuluki bani serbet atau bani taplak, merujuk pada motif kotak-kotak yang mereka pakai.Namun seorang warganet @ophunkdoank mengatakan bahwa 'bong', kependekan dari cebong, kini kerap digunakan seorang ilmuwan yang "menandakan ketidaksukaannya kepada kelompok-kelompok yang suka pada kinerjanya Presiden @jokowi".
Salah satu warganet yang kerap menggunakan kata 'bong' untuk menyebut kelompok tertentu adalah @rockygerung, seorang dosen Universitas Indonesia.
Tetapi pengguna @sabilillahmad memberikan klasifikasi bahwa kecebong pun tak bisa dipukul rata, tapi ada pengelompokan tersendiri, seperti kecebong amis, kecebong atheis, dan kecebong islamofobik.
Lalu, bagaimana dengan istilah lain seperti, misalnya, 'bani daster'? Berikut kami mencoba menjawabnya.
1. Bani dasterBani / ba-ni / nomina
Kata ini berarti anak; anak cucu; keturunan: -- Adam, seluruh umat manusia. Bani daster tampaknya adalah cara dari kubu pendukung Jokowi dan Ahok untuk membalas setelah disebut bani taplak dan bani serbet.
Bani taplak dan bani serbet merujuk para pendukung Ahok (juga dikenal sebagai sebutan Ahokers) yang mungkin berarti 'kaum serbet atau taplak' dari kemeja kotak-kotak yang menjadi ciri khas Ahok-Djarot.
Sementara bani daster merujuk pada kelompok-kelompok Islam tertentu yang berpartisipasi dalam aksi-aksi demonstrasi 'bela Islam' di Monas dan mengenakan pakaian gamis ala Arab yang disebut mirip daster, atau pakaian rumah buat perempuan.
Bani daster diasosiasikan dengan mereka yang menentang Jokowi dan biasanya mendukung Prabowo.
Netizen pun menambahkan berbagai interpretasi mereka akan apa yang disebut 'bani daster', ada yang mengartikannya sebagai 'keturunan Arab', namun ada juga yang menyebutkan bahwa 'bani daster' sering digunakan sebagai alternatif untuk 'kaum cingkrang', 'bani jenggot', dan 'Bumi datar' untuk merujuk pada kelompok Islam garis keras.
2. Tato jidatTato / ta-to / nomina
Seorang warganet @sailormoon_rise menambahkan berbagai istilah lain yang menurutnya sering digunakan "sebagai hinaan". Salah satunya adalah tato jidat.
Tato, menurut KBBI III, berarti gambar (lukisan) pada kulit tubuh, sehingga tato jidat yang merujuk pada orang-orang yang sering salat dan bersujud sampai bagian dahinya menghitam.
Istilah tato jidat tampaknya dikenakan juga pada kelompok orang-orang yang sama yang juga dijuluki 'bani daster', dan warganet lain juga menambahkan istilah lain untuk 'tato jidat' yaitu 'bani jidat gosong'.
3. Kaum cingkrangCingkrang / cing-krang / adjektiva
Menurut KBBI, 'cingkrang' berarti terlalu pendek. Istilah ini merujuk pada celana yang cingkrang yang banyak dikenakan oleh penganut Islam taat.
Sama halnya seperti 'bani daster' dan 'tato jidat', istilah ini juga merujuk pada kelompok yang kerap berpartisipasi dalam aksi-aksi demonstrasi 'bela Islam' berjilid-jilid beberapa waktu lalu.
Soerang warganet, @fadli83809632 mencatat bahwa selain kaum cingkrang atau bani cingkrang, istilah-istilah serupa yang juga pernah digunakan untuk melabeli kelompok yang sama adalah bani unta, bani jenggot, dan pemuja unta.
4. Bani micinme.cin / mècin / nomina
Micin atau mecin, menurut KBBI, merujuk pada garam natrium dari asam glutamat, yang digunakan sebagai penguat rasa.
Namun mecin juga secara luas diyakini punya dampak yang bisa membuat otak rusak atau memperlambat perkembangan kecerdasan pada anak-anak.
'Bani micin' atau 'kaum kebanyakan micin' merujuk pada kelompok yang anti-Jokowi atau kerap menyalahkan Jokowi atas berbagai kebijakan yang diambilnya atau mungkin hal yang, oleh pendukung Jokowi, dianggap tidak ada hubungannya dengan kebijakan Jokowi.
Salah satu yang mempopulerkan dan menggunakan istilah 'bani micin' adalah selebritas media sosial, Denny Siregar, seorang pendukung Presiden Jokowi yang tulisan-tulisannya kerap menghiasi grup WhatsApp Anda.
5. "IQ 200 sekolam"
Istilah "IQ 200 sekolam" yang juga populer di kalangan warganet ditujukan pada kelompok 'cebong' atau 'cebongers' oleh kubu lawannya. Frasa itu pertama muncul dalam cuitan @rockygerung pada Agustus 2017 lalu, tapi kemudian masih terus muncul dan dikutip luas oleh warganet dalam cuitan-cuitan sesudahnya.
6. Kaum penthol korek atau kaum sumbu pendekPentol / pen-tol / nomina (n)
Menurut KBBI, pentol berarti "sesuatu (bentuk) yang menonjol (agak besar); cembul; tombol; kenop". Dalam hal ini, pentol korek atau ujung korek sering digunakan bergantian dengan 'sumbu pendek' yang bersifat mudah tersulut api.
Frasa ini lebih banyak digunakan netizen untuk merujuk pada kalangan fanatik agama yang dianggap 'bersumbu pendek' dan mudah tersulut kemarahannya oleh hal-hal yang dianggap menghina Islam atau ulama.
Meski istilah-istilah ini cukup leluasa dilontarkan oleh warganet di media sosial, namun ada juga yang keberatan dengan semakin meluasnya pemakaian istilah-istilah tersebut.
Keberatan dari warganet dari yang soal 'ringan', yaitu bahwa nantinya kata-kata ini akan masuk secara resmi dalam kamus, sampai yang mengatakan bahwa istilah ini hanya untuk melecehkan atau menghina masing-masing kelompok saja.
Warganet lain menggarisbawahi bahwa penggunaan istilah-istilah ini intinya hanya membagi dua warganet pada afiliasi politik tertentu: pro atau anti-pemerintah, bahkan pro-anti Jokowi, pro atau anti Ahok -yang sekarang sudah dipenjara. Dan siapa yang merasa paling benar.
Tidak ada komentar: