Mantan 'pengawal' Osama Bin Laden hidup dari tunjangan sosial di Jerman
Seorang pria Tunisia yang diduga pernah menjadi pengawal Osama Bin Laden terungkap tinggal di Jerman dengan mengandalkan tunjangan sosial sejak tahun 1997.
Pemerintah negara bagian North Rhine-Westphalia mengaku membayar sekitar 1.100 Euro atau lebih dari Rp14 juta per bulan untuk Sami A, yang nama lengkapnya tidak disebutkan dengan alasan privasi.
Jumlah tunjangan sosial tersebut diungkapkan di parlemen daerah karena ditanyakan oleh Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) yang anti-imigran.
Berkas bin Laden yang dibuka CIA: Temuan film Hollywood hingga 'hubungan dengan ISIS' 'Momen ketika saya menembak mati Osama bin Laden' Siapa Hamza, anak Osama yang kini diburu Amerika Serikat?Walau tercatat sebagai berbahaya dan permohonan suakanya ditolak, pihak berwenang mengatakan dia tidak bisa dipulangkan ke Tunisia karena khawatir akan disiksa.
Menurut keterangan saksi mata dalam pengadilan antiteror Jerman tahun 2005, Sami A bertugas sebagai pengawal Bin Laden di Afghanistan selama beberapa bulan pada tahun 2000.
Hak atas foto AFP Image caption Osama Bin Laden tewas dalam operasi pasukan khusus AS di Pakistan tahun 2011.Dia membantah keterangan itu namun hakim di Düsseldorf percaya dengan saksi bersangkutan.
Bin Laden memimpin jaringan jihadis al-Qaeda dan menyetujui serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat. Dia kemudian ditembak mati dalam operasi pasukan khusus Amerika Serikat di Pakistan tahun 2011.
Sedikitnya tiga dari tiga pilot bunuh diri yang terlibat dalam serangan 9/11 adalah anggota sel al-Qaeda di Hamburg, Jerman utara.
Hak atas foto Getty Images Image caption Sedikitnya tiga dari tiga pilot bunuh diri yang terlibat dalam serangan 9/11 adalah anggota sel al-Qaeda di Hamburg.Sami A juga diselidiki dalam dugaan keterkaitan dengan al-Qaeda pada tahun 2006 namun tidak sampai didakwa.
Dia tinggal di kota Bochum, Jerman barat, dengan istri warga Jerman dan empat anak.
Setelah mendapat izin tinggal sementara di Jerman tahun 1999, dia mengikuti beberapa pelatihan teknologi dan pindah ke kota tersebut tahun 2005.
Permohonan suakanya ditolak tahun 2007 karena pihak berwenang mencatat dia sebagai risiko keamanan dan harus melapor ke kantor polisi setiap hari.
Terduga jihadis menghadapi risiko penyiksaan di Afrika Utara, menurut pemerintah Jerman, dan Tunisia serta negara-negara Arab tetangganya tidak masuk dalam daftar negara asal yang aman untuk menjadi tujuan deportasi.
Tidak ada komentar: